Minggu, 29 Januari 2012

LATIHAN KEKUATAN DAN KELENTUKAN


A.     Pengertian Latihan
Latihan adalah kegiatan sistematis yang dilakukan secara berulang-ulang. Tujuannya ialah untuk mendapatkan gerakan ototamatis. Menurut Harsono (1988: 323), Latihan adalah proses kerja yang dilakukan secara sistematis, kontinyu di mana beban dan intensitas latihan makin hari makin bertambah, yang pada akhirnya memberikan rangsangan secara menyeluruh terhadap tubuh dan bertujuan untuk meningkatkan fisik dan mental secara bersama-sama.
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa latihan (training) merupakan proses kerja yang sistematis, dan dilakukan secara berulang-ulang  dengan beban latihan yang kian meningkat. Latihan yang sistematis adalah program latihan yang direncanakan secara matang, dan dilaksanakan sesuai jasdwal menurut pola yang telah ditetapkan, serta dievaluasi sesuai dengan alat yang benar.
Tujuan utama pelatihan olahraga prestasi adalah untuk meningkatkan keterampilan atau prestasi olahraga sebaksimal mungkin. Menurut Bompa (1990: 98) tujuan latihan yang harus dipahami adalah sebagai berikut: (a) untuk meningkatkan perkembangan fisik secara umum; (b) untuk mengembangkan fisik khusus yang ditentukan oleh kebutuhan olahraga tersebut; (c) untuk menyempurnakan teknik olahraga dan koordinasi gerak; (d) meningkatkan dan menyempurnakan strategi; (e) meningkatkan kepribadian seperti kemauan keras, kepercayaan diri, ketekunan, semangat, disiplin; (f) menjamin dan mengamankan persiapan tim secara optimal; (g) mempertahankan kesehatan atlit; (h) untuk mencegah cedera; (i) memperkaya pengetahuan teori dengan memperhatikan dasar fisiologis, psikologis, dan gizi.
B.     Prinsip-Prinsip Latihan
Agar proses latihan dapat memberikan manfaat, maka harus disusun program sebagai pedoman pelaksanaan pelatihan. Namun, program latihan tersebut harus memenuhi prinsip-prinsip latihan. Untuk memahami prinsip-prinsip latihan, maka perlu dikaji berdasarkan pada kajian Ilmu Faal (Fisiologik), Ilmu Jiwa (Psikologik), dan Ilmu Kependidikan (Pedagogik). Secara struktur prinsip ini tergambar seperti berikut.


 
THE PRINCIPLES OF TRANING

Physiological
Law of Overload
-   Individualization
-   Multilateral development

Law of Specificity
-   Specialization
-   Modeling the training process

Law of Reversibility
-    Increasing Demands
-    Continuous Load Demend
-    Feasibility
-    Restoration

Psychological
 -   Active, Conscientious Participation
 -   Awareness
 -   Variety
 - Psychological Rest


Pedagogical
-    Planning and Use System

-    Periodization Visual

-    Presentation

(Freeman yang dikutip oleh Sidik (dalam http://www.infogigi.com/prinsip-prinsip-latihan.html)

 
Lebih jelas lagi, prinsip-prinsip pelatihan dikemukakan oleh Harsono (1991: 90-105) sebagai berikut: (1) pemanasan tubuh, (2) metode latihan, (3) berpikir posotof, (4) prinsip beban lebih, (5) intensitas latihan, (6) kualitas latihan, (7) variasi latihan, (8) metode bagian dan metode menyeluruh, (9) perbaikan kesalahan, (10) perkembangan menyeluruh, (11) model latihan, dan (12) penetapan sasaran.
Perlu diperhatikan, sebelum melaksanakan latihan, terlebih dahulu harus menentukan aspek-aspek latihan yang menjadi prioritas atau tujuan utama dilaksanakannya latihan. Secara garis besar, ada empat aspek latihan, yakni aspek latihan fisik, latihan teknik, latihan taktik, dan latihan mental. Dengan demikian, pelaksanaan latihan fisik semestinya terlebih dahulu dilakukan agar nantinya ketika akan dilaksanakan latihan teknik, latihan taktik, dan latihan mental menjadi modal yang baik untuk pengembangannya.
Jika orang yang dilatih tergolong anak usia muda, seyogianya dikembangkan keterampilan gerak dasar yang benar dengan kemampuan fisik dasar yang baik. Seperti yang dikemukakan oleh Sidik (dalam http://www.koni.or.id/files/documents/journal/1.Panduan-Pelatihan-Olahraga-Untuk-Usia-Sekolah-(6-18Tahun).pdf) bahwa aspek latihan yang perlu dikembangkan pada anak usia muda adalah terutama keterampilan (teknik) gerak dasar yang benar dengan kemampuan fisik dasar yang baik. Oleh karena itu, setiap pelatih dituntut untuk memahami tahapan-tahap latihan dari aspek-aspek latihan tersebut sehingga mengetahui kapan dan berapa besar porsi latihan untuk multilateral dan spesialisasi.
Memperhatikan uraian-uraian di atas, maka pelatihan dalam penelitian ini dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip pelatihan dengan mempertimbangkan karakteristik anak didik/anak latih seperti usia, jenis kelamin, karakter fisik, kepribadian, dan perilaku sosial.
C.      Pengertian Kekuatan Otot
Kekuatan merupakan salah satu komponen fisik yang sangat diperlukan dalam upaya meningkatkan prestasi olahraga. Komponen kekuatan dimaksud diarahkan pada kekuatan otot. Menurut Ladi, Hendrajadja, dan Riyanto (2009: 11) mengatakan bahwa kekuatan otot sangat penting guna meningkatkan kondisi kebugaran jasmani karena kekuatan merupakan daya penggerak setiap aktivitas fisik, yang memegang peranan pula dalam melindungi seseorang dari kemungkinan cedera.
Definisi kekuatan otot dalam buku hasil Mukhtamar XIII Tapak Suci Putera Muhammadiyah (2006: 28) tertuang bahwa cecara fisiologis, kekuatan otot adalah kemampuan otot atau sekelompok otot untuk melakukan satu kali kontraksi secara maksimal melawan tahan/beben. Secara mekanis, kekuatan otot didefinisikan sebagai gaya yang dapat dihasilkan oleh otot atau sekelompok otot dalam satu kontrasi maksimal. Hal senada diungkapkan oleh Setiawan (1991: 118), kekuatan adalah kemampuan otot untuk melakukan kontraksi guna membangkitkan tegangan terhadap suatu tahanan. Demikian halnya juga, Thomas yang dikutip oleh Subardjah (dalam http://file.upi.edu/Direktori/FPOK/jur.pend.kesehatan-rekreasi/herman-subarjah/latihan-kondisi-fisik.pdf) mengemukakan, kekuatan adalah kemampuan untuk mengeluarkan tenaga secara maksimal dalam suatu usaha. Hal ini dapat diukur dengan satu repetisi usaha maksimum atau 1 RM.
Berdasarkan pengertian di atas, dapat dipahamai bahwa kekuatan otot merupakan faktor utama untuk menciptakan prestasi maksimal. Kekuatan otot adalah kemampuan otot atau sekelompok otot untuk melakukan kontraksi maksimal guna membangkitkan tegangan terhadap suatu tahanan/beban.
D.     Pengertian Kelentukan
Selain kekutan sebagai komponen fisik yang sangat berperan dalam menciptakan prestasi optimal, kelentukan (flexibility) juga merupakan faktor penting. Seseorang yang memiliki tingkat kelentukan yang tinggi, memungkinkan untuk dapt bergerak secara lebih leluasa dan halus dengan penggunakan energi yang sedikit.
Kelentukan menurut Setiawan (1991: 114) adalah kemampuan seseorang untuk dapat melakukan gerak dengan ruang gerak seluas-luasnya dalam persendiannya. Faktor utama yang menentukan kelentukan seseorang ialah bentuk sendi, elastisitas otot, dan ligamen. Selanjutnya, menurut Subarjah, “Kelentukan adalah kemampuan melakukan gerakan persendian seluas-luasnya dan keelastisan otot-otot disekitar persendian” (dalam http://file.upi.edu/Direktori/FPOK/ Jur.Pend.Kesehatan-Rekreasi/Herman-Subarjah/Latihan-Kondisi-Fisik.pdf).
Hal senada dikatakan oleh Ladi, Hendrajadja, dan Riyanto (2009: 11), kelentukan selalu dikaitkan dengan ruang gerak sendi dan elastisitas otot, tendon, dan ligamen. Dengan demikian, orang yang lentur adalah yang memiliki ruang gerak luas dalam sendi-sendinya dan yang mempunyai otot yang elastis. Selanjutnya, dalam buku hasil Mukhtamar XIII Tapak Suci Putera Muhammadiyah (2006: 28) tertulis bahwa kelentukan ialah kemampuan sendi untuk melakukan gerakan dalam ruang gerak sendi secara maksimal. Kelentukan menunjukkan besarnya pergerakan sendi secara maksimal sesuai dengan kemungkinan gerakan (range of movement).
Sidik (dalam http://www.koni.or.id/files/documents/journal/1.Panduan-Pelatihan-Olahraga-Untuk-Usia-Sekolah(6-18Tahun).pdf mengemukakan hal-hal yang perlu diperhatikan berkaitan dengan latihan fleksibilitas pada anak usia muda adalah: (a) rencanakan program latihan yang akan diterapkan; (b) persiapkan (seandanya ada) fasilitas yang akan digunakan untuk membantu proses dan memperhatikan kenyamanan dan keamanannya; (c) yakinkan bahwa kondisi anak baik untuk melakukan aktivitas latihan; (d) apabila anak dalam jumlah yang cukup banyak maka pengaturan situasi perlu diperhatikan agar tetap ada dalam pengawasan; (e) memberikan contoh gerakan yang benar dan dengan ketentuan yang jelas dan mudah dipahami (tugas gerak yang jelas dan mudah) oleh anak; (f) perhatikan sistematika gerakan demi gerakan; (g) gerakan yang salah harus sesegera mungkin diperbaiki malalui pendekatan yang tepat; dan (h) untuk mendapatkan retensi yang baik lakukan dengan pengulangan yang cukup dan tidak terlalu banyak gerakan.
Berdasarkan deskripsi di atas diperoleh pengertian bahwa kelentukan merupakan kemampuan melakukan gerakan dalam ruang gerak seluas-luasnya dalam persendian. Kelentukan ini ditentukan oleh sendi, tendon, dan ligamen. Agar seseorang memiliki kelentukan yang baik, perlu diperhatikan langkah-langkah atau cara melatihnya.
Daftar Pustaka
Bompa, Tudor O. 1990. Theory dan Methodology of Training. Dubuque, Iowa: Kendal/Hunt Publishing Company.
Harsono. 1988. Coaching dan Aspek-Aspek Psikologi dalam Coaching. Jakarta: CV. Tambak Kusuma.

Harsono. 1991. Jurnal Keolahragaan. Bandung: ITB

Ladi, Jani, Hartoto Hendrajadja, dan Ambar Riyanto. 2009. Latihan Kesegaran Jasmani, Baris Berbaris, Tata Uapacara Sipil, dan Ceramah Tentang Kesehatan Mental. Modul Diklat Prajabatan Gollongan III, (Revisi III). Jakarta: Lembaga Administrasi Negara RI.
Setiawan, Iwan. 1991. Jurnal Keolahragaan. Bandung: ITB

Sidik, Dikdik Zafar. Panduan Pelatihan Olahraga Untuk Usi Sekolah (6-18 Tahun); (Online), http://www.koni.or.id/files/documents/journal/1.Panduan-Pelatihan-Olahraga-Untuk-Usia-Sekolah-(6-18Tahun).pdf), diakses tanggal 10 Januari 2011.

Sidik, Dikdik Zafar. Prinsip-Prinsip Latihan dalam Olahraga Prestasi; (Online), http://www.infogigi.com/prinsip-prinsip-latihan.htm. Diakses tanggal 10 Januari 2011.
Subarjah, Herman. Latihan Kondisi Fisik. (Online); http://file.upi.edu/Direktori/FPOK/jur.pend.kesehatan-rekreasi/herman-subarjah/latihan-kondisi-fisik.pdf), diakses tanggal 10 Januari 2011.
. . . . 2006. Kebugaran Jasmani Bagi Pesilat (13-16 Juli 2006). Jakarta: Mukhtamar XIII Tapak Suci Putera Muhammadiyah.